Sabtu, 29 September 2007

Puasa Ramadhan

Delapan Hikmah dan Keutamaan Puasa E-mail


Sudah berapa belas atau puluh tahun kita dipertemukan dengan bulan Ramadhan? Dari tahun ke tahun bertemu Ramadhan, adakah perubahan yang terjadi pada diri kita? Seperti lebih peka terhadap realitas sosial di sekitar kita, lebih bisa menahan diri, tidak reaksioner, atau mungkin “tercerahkan” dalam beribadah dan berperilaku.

Nah, bagaimana dengan puasa Ramadhan kali ini? Perayaan puasa kita masihkah sebatas karnaval setahun sekali soal pola makan yang dibalik? Sejak pagi hingga maghrib menahan lapar dan dahaga. Sementara saat malam hari tiba berubah menjadi perayaan balas dendam untuk makan sepuasnya. Inilah akibat dari pikiran yang ingin menggantikan ketika berpuasa sepanjang hari.

Dalam bukunya Misteri Bulan Ramadhan, menurut Yusuf Burhandi mengatakan, “Puasa tidak berhenti sebatas menahan diri dari makanan, minuman, dan bersetubuh di siang hari. Puasa juga memberi isyarat pentingnya melanjutkan kesucian hari dengan turut merasakan penderitaan orang lain dalam kehidupan sosial. Kesucian hati seseorang menjadi tidak berguna sama sekali jika ia tidak memiliki kepedulian sama sekali pada orang lain yang hidup di sekitarnya.“

Mengenai bau mulut orang berpuasa, Yusuf Burhandi menuliskan pada halaman 71, bahwa bau mulut juga menjadi simbol bahwa hakikatnya mulut itu bau. Hendaknya setiap orang harus berhati-hati dalam mengendalikan mulutnya. Puasa hendak mendidik seseorang, bahwa tidak semuanya bisa diomongkan dan harus terus berbicara. Ada kalanya harus diam, merenung, dan mengevaluasi diri.

Tentang hikmah dan keutamaan puasa di bulan Ramadhan, Yusuf Burhandi menyebutkan antara lain :

Pertama, usaha seorang mukmin untuk mendekatkan diri pada pengawasan Allah SWT.
Kedua, mengajarkan pengorbanan luhur
Ketiga, untuk melembutkan hati dan emosi
Keempat, guna menumbuhkan empati sosial
Kelima, puasa dapat mengokohkan kekuatan akal daripada nafsu.
Keenam, mengakui kelemahan diri yang tidak bisa hidup tanpa makan dan minum sehingga seseorang
tidak bersikap angkuh dan sombong terhadap orang lain.
Ketujuh, puasa bisa menjernihkan hari dan pikiran.
Delapan, menjaga kesehatan dan stamina tubuh.

Demikian sekilas nukilan dari buku Misteri Bulan Ramadhan diterbitkan oleh QultumMedia. Selebihnya buku ini memaparkan: meraih kekuatan puasa, khasiat dari shalat Tarawih, tip meraih Lailatulqadar, fungsi dan hikmah zakat, serta menjadi manusia fitri (the holyman).

Di bulan Ramadhan ini, kembali semesta bertasbih dan mengumandangkan puji-pujian pada Sang Pencipta. Selamat menuaikan ibadah puasa. Selamat meraih malam seribu bulan.


HIKMAH PUASA

DALAM TINJAUAN AGAMA DAN ILMU PENGETAHUAN

Manusia merupakan makhluk yang tertinggi derajatnya, oleh karena itu manusia diutus oleh Allah untuk menjadi khalifah di muka bumi. Sebagai makhluk yang tertinggi yang membedakan antara manusia dengan makhluk Allah yang lain adalah manusia dikaruniai oleh Allah dengan akal sedangkan makhluk Allah yang lain tidak. Dengan akalnya ini manusia berusaha sejauh mungkin untuk mengupas rahasia-rahasia alam karena alam semesta ini diciptakan oleh Allah dan tak akan lepas dari tujuannya untuk memenuhi kebutuhan makhluknya. Hal ini ditegaskan oleh Allah di dalam salah satu firman-Nya :

“Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini (langit dan bumi) dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa api neraka”

(QS. Ali Imran : 191)

Ayat inilah yang membuat orang mulai berpikir untuk mencari hikmah dan manfaat yang terkandung dalam setiap perintah maupun larangan Allah diantaranya adalah hikmah yang tersembunyi dari kewajiban menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan yang diperintahkan oleh Allah khusus kepada orang-orang yang beriman. Hal ini seperti disebutkan di dalam firman Allah yaitu :

“Hai orang-orang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa”

(QS. Al Baqarah : 183)

Sudah barang tentu hikmah puasa tersebut sangat banyak baik untuk kepentingan pribadi maupun untuk kepentingan umat (masyarakat) pada umumnya. Diantara hikmah-hikmah tersebut yang terpenting dan mampu dijangkau oleh akal pikiran manusia sampai saat ini antara lain :

a. Memelihara kesehatan jasmani (Badaniyah)

Sudah menjadi kesepakatan para ahli medis, bahwa hampir semua penyakit bersumber pada makanan dan minuman yang mempengaruhi organ-organ pencernaan di dalam perut. Maka sudah sewajarnyalah jika dengan berpuasa organ-organ pencernaan di dalam perut yang selama ini terus bekerja mencerna dan mengolah makanan untuk sementara diistirahatkan mulai dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari selama satu bulan.

Dengan berpuasa ini maka ibarat mesin, organ-organ pencernaan tersebut diservis dan dibersihkan, sehingga setelah menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan Insya Allah kita menjadi sehat baik secara jasmani maupun secara rohani. Hal ini memang sudah disabdakan oleh Rasulullah SAW dalam salah satu haditsnya yang diriwayatkan oleh Ibnu Suny dan Abu Nu’aim yaitu :

Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda :

“Berpuasalah maka kamu akan sehat”

(HR. Ibnu Suny dan Abu Nu’aim)

Juga dalam hadits yang lain dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda :

“Bagi tiap-tiap sesuatu itu ada pembersihnya dan pembersih badan kasar (jasad) ialah puasa”

(HR. Ibnu Majah)

Dalam penelitian ilmiah, kebenaran hadis ini terbukti antara lain :

1. Fasten Institute (Lembaga Puasa) di Jerman menggunakan puasa untuk menyembuhkan penyakit yang sudah tidak dapat diobati lagi dengan penemuan-penemuan ilmiah dibidang kedokteran. Metode ini juga dikenal dengan istilah “diet” yang berarti menahan / berpantang untuk makanan-makanan tertentu.

2. Dr. Abdul Aziz Ismail dalam bukunya yang berjudul “Al Islam wat Tibbul Hadits” menjelaskan bahwa puasa adalah obat dari bermacam-macam penyakit diantaranya kencing manis (diabetes), darah tinggi, ginjal, dsb.

3. Dr. Alexis Carel seorang dokter internasional dan pernah memperoleh penghargaan nobel dalam bidang kedokteran menegaskan bahwa dengan berpuasa dapat membersihkan pernafasan.

4. Mac Fadon seorang dokter bangsa Amerika sukses mengobati pasiennya dengan anjuran berpuasa setelah gagal menggunakan obat-obat ilmiah.

b. Membersihkan rohani dari sifat-sifat hewani menuju kepada sifat-sifat malaikat

Hal ini ditandai dengan kemampuan orang berpuasa untuk meninggalkan sifat-sifat hewani seperti makan, minum (di siang hari). Mampu menjaga panca indera dari perbuatan-perbuatan maksiat dan memusatkan pikiran dan perasaan untuk berzikir kepada Allah (Zikrullah). Hal ini merupakan manifestasi (perwujudan) dari sifat-sifat malaikat, sebab malaikat merupakan makhluk yang paling dekat dengan Allah, selalu berzikir kepada Allah, selalu bersih, dan doanya selalu diterima.

Dengan demikian maka wajarlah bagi orang yang berpuasa mendapatkan fasilitas dari Allah yaitu dipersamakan dengan malaikat. Hal ini diperkuat oleh sabda Rasulullah dalam salah satu haditsnya yang diriwayatkan oleh Turmudzi yaitu :

“Ada tiga golongan yang tidak ditolak doa mereka yaitu orang yang berpuasa sampai ia berbuka, kepala negara yang adil, dan orang yang teraniaya”(HR. Turmudzi).

Juga dalam hadits lain dari Abdullah bin ‘Amr bin ‘As, Rasulullah SAW bersabda :

“Sesungguhnya orang yang berpuasa diwaktu ia berbuka tersedia doa yang makbul”

(HR. Ibnu Majah)

Disamping itu hikmah yang terpenting dari berpuasa adalah diampuni dosanya oleh Allah SWT sehingga jiwanya menjadi bersih dan akan dimasukkan ke dalam surga oleh Allah SWT. Hal ini diperkuat dengan hadits Nabi yaitu :

Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah bersabda :

“Barang siapa berpuasa di bulan Ramadhan karena iman dan perhitungannya (mengharapkan keridla’an Allah) maka diampunilah dosa-dosanya.

(HR. Bukhari)

Juga dari hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari yaitu :

Dari Sahl r.a dari Nabi SAW beliau bersabda :

“Sesungguhnya di dalam surga ada sebuah pintu yang disebut dengan Rayyan. Pada hari kiamat orang-orang yang berpuasa akan masuk surga dari pintu itu. Tidak seorangpun masuk dari pintu itu selain mereka. (Mereka) dipanggil : Mana orang yang berpuasa ? Lalu mereka berdiri. Setelah mereka itu masuk, pintu segera dikunci, maka tidak seorangpun lagi yang dapat masuk”

(HR. Bukhari)

Dengan demikian maka dapatlah disimpulkan bahwa berpuasa membawa manfaat yang sangat besar bagi manusia baik sebagai makhluk pribadi maupun makhluk sosial. Sehingga setelah seseorang selesai menjalankan ibadah puasa di Bulan Suci Ramadhan diharapkan ia menjadi bersih dan sehat baik jasmani maupun rohani dan kembali suci bagai bayi yang baru lahir. Amiin.

Hikmah dan rahsianya berpuasa tidak akan diperolehi sekiranya tidak dipelihara adab-adab puasa dengan sebaik-baiknya. Maka adab-adab puasa itu antaranya ialah:

PERTAMA:Menjauhkan diri daripada segala bentuk perkara yang merosakkan pahala puasa, menjauhkan diri daripada mengumpat, mencela, mencaci, menista dan seumpamanya.

Diriwayatkan oleh Al-Thabrani dari Abu Ubaidah bahawa Rasulullah S.A.W. bersabda: “Puasa itu Junnah ( perisai ) selama ia tidak dirosakkan dengan dusta dan umpat” Diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah dari Abu Hurairah dan Al-Thabrani dan Ibnu Umar bahawa Rasulullah bersabda:“Beberapa ramai orang yang berpuasa, hasil yang diperolehi daripada puasanya hanyalah lapar dan dahaganya sahaja. Dan berapa orang yang sembahyang malam, hasil yang diperolehi darinya hanyalah berjaga malam sahaja.”

KEDUA: Mengurangkan makan dan minum sewaktu berbuka dan bersahur.

Orang yang berpuasa tidak akan dapat faedah berpuasa apabila gelojoh sewaktu berbuka dan sewaktu bersahur. Penyediaan makanan yang berlebihan dan lebih istimewa pada bulan puasa berbanding bulan-bulan yang lain, membuka ialah jalan untuk menambah selera dan memenuhi hawa nafsu. Maka puasa tiada lagi berfungsi sebagai pemotong hawa nafsu atau mematahkan syahwat yang berlebihan.

KETIGA: Mengurangkan tidur terutama di siang hari.

Kebanyakan antara kita mencari-cari jalan untuk tidur agar tidak keletihan berpuasa. Ini boleh menghilangkan rahsia dan hikmah puasa yang sebenarnya. Sepatutnya, keletihan dan kesusahan yang harus kita harungi dan kita hayati.

KEEMPAT:Menahan hati daripada memikirkan keinginan–keinginan yang remeh dan urusan–urusan yang tidak baik.

Kita juga kerap memikirkan persediaan-persediaan menyambut hari raya yang kadangkala lebih banyak diselaputi kemewahan. Sepatutnya puasa mendorong kita menghindari sikap itu.

KELIMA:Sentiasa memikirkan azab akhirat dan memikirkan seksa neraka.

Hendaklah kelaparan dan kehausan itu mengingatkan kita tentang kelaparan dan kehausan ahlul mahsyar pada hari akhirat yang sangat dahsyat.

KEENAM: Mencambahkan rasa cemas dan berharap kepada keampunan dan kasih sayang Allah Taala.

Kita tidak mengetahui sama sekali, apakah puasa kita diterima oleh Allah atau ditolak. Puasa tanpa adab dan tatasusila samalah ertinya kita makan tanpa zat dan khasiat.

Setelah melakukan pencarian nilai-nilai logis mengenai Islam selama kurang lebih dua tahun, pengusaha sekaligus Presiden Direktur Al-Qur'an Selluler, Craig Abdurrohim Owensby (44 tahun) akhirnya sanggup menjalankan puasa dan ibadah sholat lima waktu sebagai bentuk penerapan penganut agama Islam.

"Setelah saya mengikuti pengajian akhirnya saya bisa memahami bahwa agama Islam lebih mementingkan praktik ketimbang hal yang sifatnya teori, akhirnya saya menjalankan ibadah sholat lima waktu, bersamaan dengan puasa Ramadhan." Craig mengaku tidak mengalami kesulitan menjalankan puasa Ramadhan pertamanya pada tahun 2001, sebab kegiatan mengurangi makan sudah biasa dilakukannya sejak dulu, karena ia merasa mempunyai berat tubuh yang melampaui batas ideal.

Ia menyatakan, pada dasarnya hikmah puasa tergantung niat yang ditanamkan oleh masing-masing individu, jika ingin ibadahnya sempurna maka harus dijalankan dengan baik. "Merasakan penderitaan orang miskin, rasa syukur kepada Allah atas rezeki yang diberikan ataupun perjuangan melawan perbuatan dosa, lebih hanya sekedar efek lain akibat pelaksanaan ibadah puasa," ujar suami dari Lilis Fitria (29 tahun) muslimah berdarah Sunda-Betawi yang dinikahinya pada pertengahan 2002.

Ia mengatakan makna puasa terdalam baginya lebih merupakan sarana untuk membersihkan dosa-dosa yang telah lalu, dengan adanya Ramadhan telah membuktikan bahwa Allah Maha Pengampun segala kesalahan yang diperbuat oleh umatnya, karena setiap manusia didunia ini pasti pernah melakukan kesalahan dan dosa. "Allah tahu bahwa umatnya banyak melakukan dosa, karena itu pada bulan Ramadhan Allah memaksa umatnya untuk berhenti melakukan dosa, Allah tidak hanya menghakimi kita berdosa tetapi Allah memaafkan kita pada waktu kita menjalankan sholat dan ibadah puasa," papar Craig yang mengenal Islam sejak tahun 1990 ketika menjalani pendidikan untuk calon pendeta.

Craig menceritakan awalnya menjadi seorang mualaf, ditandai timbulnya keraguan dalam dirinya atas kebenaran agama Kristen yang mengakui Nabi Isa sebagai Tuhan. Pada tahun 1993 ia memutuskan untuk berhenti dari pendidikan calon pendeta dan keluar dari gereja. Namun keputusannya untuk keluar dari agamanya tidak membuatnya serta merta mempercayai Islam sebagai ajaran yang benar. Craig sudah melakukan studi banding terhadap ajaran dua kelompok agama islam, dimana ia mengalami pergulatan rohani, karena disatu sisi Ia melihat ajaran Islam tidak baik karena implementasi umatnya terhadap nilai ibadah sangat kurang, namun pada akhirnya ia dapat menemukannya pada sosok seorang Muslim yaitu Nasir, sahabatnya yang berkebangsaan Pakistan. Apa yang ia lihat, membuatnya lebih tertarik akan ajaran agama islam yang kaffah.

Ketertarikan yang lebih mendalam terasa ketika pada tahun 1997, Ia datang ke Jakarta dan melihat realitas kehidupan masyarakat Islam kebanyakan. Dari situlah kecintaannya kepada Allah dan agama Islam tumbuh subur."Satu tahun di Jakarta saya melihat kehidupan kaum muslim yang benar-benar berbeda," tandasnya.

Craig mengungkapkan, pada awal bekerja di Jakarta ia langsung menyibukan diri mengelola rumah singgah untuk 40 orang anak yang kurang mampu di kawasan Sunter, Jakarta Utara. Keterbukaan hatinya terhadap agama Islam diawali, karena seringnya melihat aktivitas anak-anak asuhnya melakukan shalat berjamaah, hal itu diperkuat oleh proses pembelajaran terhadap filosofi dan ajaran Islam yang memang menunjukan adanya kebenaran yang hakiki. "Saya melihat anak-anak itu shalat berjamaah lalu saya merasa bahwa Islam memang agama yang indah, saya jadi ingat sama Nasir teman saya yang melaksanakan Islam secara sungguh-sungguh," tutur Craig yang mengukuh diri sebagai muslim tahun 1999 dihadapan anak asuhnya tanpa bantuan Ulama.

Keislamannya pun bertambah mantap setelah dua tahun secara intensive mempelajari Al-Qur'an, Hadist dan teori agama Islam lainnya. Hal itu mempertebal niatnya mengembangkan bisnis pada awal 2002 bersama para mubaligh terkenal yaitu KH.Abullah Gymnastir, Ihsan Tanjung dan Arifin Ilham yang sangat berguna bagi pengembangan ajaran Islam.

Ia menilai saat umat Islam pendidikannya kurang, lebih bersifat pasif dan kurang kritis dalam menggali ajaran dan kebenaran tentang Islam mereka pada umumnya lebih percaya dengan Ustad mereka ynag belum tentu mempunyai pemahamannya benar tentang ajaran Islam. Sementara kelompok yang mempunyai tingkat pengetahuan tinggi lebih ingin menonjolkan diri. Dirinya menyarankan agar Indonesia bisa meniru pimikiran bangsa Iran, dimana umat muslim disana dituntut selalu berfikir tentang kemajuan agama Islam. (novel/ln/eramuslim)

Tidak ada komentar: